MENJALANI KEWAJIBAN

Berkata iklas  dan tulus dengan bekerjalah dengan hati adalah gambaran yang memang melekat erat di dafa ini. Melalui hari-hari dalam merawat orang tua menjadi alur indah dalam desah napasku. Ketika suatu  hari jiwa ini tak sanggup membalut tuk melihat orangtuaku sudah pangling dalam tindakan kaki dan ucapan bibirnya yang semakin tidak karuan.

Akhirnya kuajak ke dokter untuk periksa, dengan tidak lupa istriku tercinta membawa obat sisa sewaktu berobat sebelumnya. Dokter lakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Cerita akhir disarankan untuk opname. Saran itu pun kujalani, saat kluar dari ruang periksa dokter Darma.Entah karen panik arah parkir mobilku menjadi salah dam parahnya lagi saat naikkan ibuku yang sakit jutrus salah sehingga kaki kanannya sedikit sakit.

Akhirnya kutuju RS Santi Graha. Pemeriksaan dokter dan paramedis dijalani oleh ibuku. Sungguh kaget juga karena dengan riwayat sakit jantung yang diderita ibuku, pihak rumah sakit menyarankan dengan berbagaj alasan agar ibuku menjalani rapid test.

Dan proses itupun dijalani ibuku. Dengan doa sekuat hati aku sambil menunggu hasil rapid tes.

15 menit waktu berlalu deng alur ibanya, hasil rapid dan syukur dinyatakan negatif.

Legalah hatiku setelah itu masuk ruang RCU lengkaplah sudah dipasangi alat kontrol jantung, denyut nadi, tensi.

Hari ini hari kelima ibukku opname di Santi Graha, seiring nama rumah sakit ini, aku sedikit lebih menemukan ketenangan hati.

Daripada ketika masih ku rawat ibuku di rumah, narasi ini ku tulis bukan alasan tidak iklas ataupun seakan bukan kewajiban sebagai anak memelihara dan merawat orang tua kita.

Saat keseharian dalam tahunan kujalani tugas dan tanggung jawab merawat ibuku dengan harapan beliau lekas sembuh dan biasa tertawa.

Seperti itulah semua hal kujalani dengan balutan rasa syukur punya istri yang penuh cinta kasih ikut merawat mertuanya dengan penuh tanggung jawab.

Padahal jujur aku selaku anaknya, merasakan betapa ibuku tidak begitu memperlakukan menantunya (istriku) sebagaimana layaknya seperti anaknya sendiri.


Dalam layanan para maedis dan dokter yang ada, hari saatnya ibuku pindah kamar sal di melati .

Satu sal ber delapan pasien, ini memang sangat kurang nyaman sekali.

Sampai tiba waktunya kondisi ibuku tidak sadarkan diri akhirnya di kembalikan lagi ke RCU tempat pertama kali inap. 

Sejak malam sekitar 11.30.wita tanggal 8 Februari 2022, ibuku tidak sadarkan diri sampai narasi kecil ini kutulis.

Terlintas dalam pikiran ku rasa pasrah dan berserah pada keagungan yang Kuasa.

Apakah ini yang disebut koma ?

Begitulah hasil deteksi alat kesehatan yang dipasang ditubuh ibuku, menunjukkan perubahan hanya kecil saya

Dari berita istri dan perawat, katanya ibuku akan dirujuk ke RSUD Buleleng di Singaraja,dan tadi aku sudah tandatangi apakah setuju atau tidak dirujuk

Aku juga bingung, bila kuizinkan dirawat di sana tidakkah dimasukkan sebgaia bagian pasien covid ?

Apalagi aku harus kerja , kalau dibawa ke kota sungguh sangat jauh.

Selanjutnay ..……


. . 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

DERMAGA HATI DALAM PUISI

MENJADIKAN DIRI BUKAN GURU BIASA

USAHA SUKSES GURU BETTI RISNALENNI